MENJELANG
AKHIR TAHUN UNTUK MUHASABAH
Setiap Mukmin dituntut untuk selalu
meningkatkan kualitas amalnya. Untuk peningkatan kualitas amal,
muhasabah (evaluasi) sangat diperlukan. Tanpa muhasabah tidak akan ada
peningkatan kualitas amal. Karena itu, muhasabah menjadi karakter utama
pribadi Mukmin.
Umar bin Khattab, seorang sahabat yang dikenal
sebagai Amirul Mukminin pernah mengingatkan umat Islam dengan
perkataannya yang sangat populer, “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu.”
Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.
Muhasibi, seorang sufi dan
ulama besar yang menguasai beberapa bidang ilmu, seperti hadits dan
fiqih. Nama lengkapnya Abu Abdillah al-Haris bin Asad al-Basri
al-Bagdadi al-Muhasibi. Ketika ia ditanya tentang beberapa
hal yang berkaitan dengan soal muhasabah. “Dengan apa jiwa itu
dihisab?” Ia menjawab, “Jiwa itu dihisab dengan akal.” Ia ditanya lagi,
“Dari mana datangnya hisab itu?” Ia menjawab, “Hisab itu datang dari
adanya rasa takut akan kekurangan, hal-hal yang merugikan, dan adanya
keinginan untuk menambah keuntungan.”
Muhasabah dalam pandangan
Muhasibi, mewariskan nilai tambah dalam berpikir (basirah), kecerdikan,
dan mendidik untuk mengambil keputusan yang lebih cepat, memperluas
pengetahuan, dan semua itu didasarkan atas kemampuan hati untuk
mengontrolnya.
Ketika ditanya, “Dari mana sumber keterlambatan akal
dan hati untuk menghisab diri?” Ia menjawab, “Keterlambatan itu
disebabkan oleh karena hati. Dalam keadaan demikian hati sangat
didominasi oleh kekuatan hawa nafsu dan syahwat yang kemudian menguasai
akal, ilmu, dan argumen.”
Ketika ditanya, “Dari mana kebenaran
datang?” Ia menjawab, ”Kebenaran itu datang karena pengetahuan kita
bahwa Allah SWT Maha Mendengar dan Maha Melihat. Pengetahuan itu
merupakan dasar bagi kebenaran dan kebenaran merupakan dasar segala
perbuatan baik. Karena kemampuan dan kekuatan kebenaran itulah, seorang
hamba dapat meningkatkan segala perbuatan baik dan kebajikannya.”
Muhasabah merupakan kesadaran akal untuk menjaga diri dari pengkhianatan
nafsu melalui proses pencarian kelebihan dan kekurangan diri. Karena
itu, muhasabah menjadi lampu di hati setiap orang yang melaksanakannya.
Karena itu, momentum pergantian tahun baru Masehi mestinya dijadikan
sebagai sarana untuk muhasabatun nafsi (evaluasi diri) atas berbagai
amal yang telah dilakukan, agar kehidupan lebih baik dan bermakna di
hadapan Allah SWT. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar